Kepada Bob (LAS) yang Tersesat Dibelantara Botol-botol Prost Sebagai Penghantar Delusimu yang Datang Terlalu Dini

Wild Bornean adalah sebutan untuk para penggemar mereka (LAS!) Fuck off

Catatan: Aftonomi Infoshop hanya menerbitkan teks ini untuk orang-orang di seluruh Indonesia dan sekitarnya yang dapat mengerti bahasa Indonesia (Malaysia, Brunei, Timor Leste, dll) untuk dapat melihat apa yang terjadi, mempelajarinya, dan juga untuk dokumentasi.

Ada beberapa poin yang ingin aku tekankan kepadamu tepat disaat beberapa kesan yang memuakkan itu usai menggerogoti kepalaku.
Terlepas dari segala bentuk logical-fallacy dan kekonyolan perihal argumentasi mu terkait mobilisasi massa yang ingin kau jalankan dalam muatan politik. Terlepas dari bentuk pelabelan dirimu sebagai anarko (Mereka yang mendaku dirinya anarkis karena mengenakan logo huruf A dilingkari pada pakaiannya, mereka yang mendaku dirinya anarkis tetapi seluruh perangkat pemikirannya sedemikian Kiri, mereka yang berada dalam spektrum Kiri tapi sebatas koar-koarnya, mereka kaum Kiri tropis yang memang aktif di lapangan–Pam) yang membuatku mengangkat alis terkait perubahan yang kau harapkan datang di tanah Kalimantan Barat lewat kotak suara. Membuatku yakin bahwa tidak ada dinding pembatas sebagai pembeda baik dirimu maupun Martin Suryajaya dengan tesis Agustus nya.

Kuberikan poin-poin yang aku rasa begitu penting disini;

1. Aku rasa lebih baik dirimu maupun LAS membuat pernyataan secara terang-terangan terkait keberpihakan kalian dalam gerakan akar rumput yang kau kerap utarakan,atau hanya wadah penyaluran birahi dari LSM ataupun NGO yang ada,siapa yang tidak tersesat diatas tumpukan uang kartal? Lagu lama yang masih relevan.

2. Dengan pertimbangan melihat keadaan politik (terlepas dari segala kemelut politik identitas) di Kalimantan Barat yang begitu kacau,kurasa hanya kumpulan bigot dan domba yang masih percaya para caleg muda yang ingin kau bantu dan usung itu –yang terutama membawa isu tentang lingkungan hidup maupun segala bentuk korelasinya terkait masyarakat adat- dapat membawa perubahan yang begitu nyata,kau menyayangkan tiap kepala yang baru mendapatkan hak pilihnya tetapi lebih memilih untuk tidak menggunakan hak pilih yang kau sebut “apolitis” tidak akan berdampak apa-apa.

Serupa dengan pernyataan yang keluar dari seseorang dengan kepala dan tatapan yang kosong pasca membaca tesis agustus dari martin

Aku rasa ada beberapa hal yang perlu kau ketahui bahwa perubahan seperti itu tidak mungkin lahir dari isi kotak suara,dan jika kau menyimpulkan masyarakat adat perlu dibimbing atau diajarkan bagaimana cara nya berlaku sesuai garis-garis keteraturan yang ada dalam kacamata urban,kau begitu salah dan kurasa perjalananmu ke Kapuas Hulu begitu sia-sia,terlepas dari biaya yang kau habiskan atau perihal sang EO seperti Tama yang begitu militan untuk melobby kesana kemari hingga berhasil merangkul banyak kepala di lapangan agar berjalan sesuai kehendak kalian dalam agenda dinasti yang ingin dibangun di Pontianak. Sehingga tidak terdengar mengejutkan jika salah satu teman mulai bertanya-tanya atas kepentingan apa dengan keadaan tidak begitu akrab seseorang mengajak bertemu di pulau jawa? Mentalitas EO tetap saja EO,tanyakan beberapa kepala yang ada di Agra Kalbar yang kurasa bukan rahasia umum lagi melihat pengembala akan mencari domba baru dengan kualitas terbaik untuk dipangkas bulunya.

3. Masyarakat Adat yang mungkin menurutmu butuh wejangan dari tiap kepala yang duduk di kursi pemerintahan supaya hidupnya layak (menurut kacamata urban) adalah buah pikir yang begitu keliru dari seorang tokoh pseudo-inteligensi berkacamata pop sepertimu,masyarakat adat di Kalimantan Barat sudah lama menjalani hidupnya secara kolektif dan bahkan jika tidak adanya Negara sekalipun setiap individu yang ada di dalam rumah adat itu masih bisa hidup secara sejahtera,dan mereka lebih memilih sistem barter selayaknya masyarakat yang ada di Kampung Dawar Lama karena mereka paham ada nilai keserakahan dalam uang kartal.ebih baik kau kubur dalam-dalam mimpi mu dan niat burukmu untuk memobilisasi orang-orang yang sedang pesatnya kau rangkul sebagai relasi dalam mewujudkan mimpimu dalam agenda politik maupun segala bentuk kepentingan sepihak yang kini sedang kau bangun,kubur omong kosong yang kau sebut gerakan akar rumput dengan realita penumpukan kekayaan bermodalkan penjualan penderitaan tiap kepala yang ada di Kalimantan Barat.

Seorang badut yang gagal melucu lebih baik mati dengan penuh riasan wajah berbekal gelak tawa dari para pelayat sebagai penghormatan terakhir untuk liang lahat yang menunggu dibongkar dan dipentaskan kembali diatas altar.

“Our weapons are not used to impose ideas or ways of life, rather to defend a way of thinking and a way of seeing the world and relating to it, something that, even though it can learn a lot from other thoughts and ways of life, also has a lot to teach. We are not those who you have to demand respect from. It’s already been seen how we are a failure of “revolutionary vanguards” and so our respect wouldn’ t be useful for anything. Your people are those you have to win respect from. And “respect” is one thing; another very distinct thing is “fear”. We know you are angry because we haven’t taken you seriously, but it is not your fault. We don’t take anyone seriously, not even ourselves. Because whoever takes themselves seriously has stopped with the thought that their truth should be the truth for everyone and forever. And, sooner or later, they dedicate their force not so that their truth will be born, grow, be fruitful and die (because no earthly truth is absolute and eternal) rather they use it to kill everything that doesn’t agree with this truth.”
-Subcomandante Marcos

“ANAK-ANAK REVOLUSI YANG BUTUH REVISI”

This entry was posted in News. Bookmark the permalink. Both comments and trackbacks are currently closed.