“Komunisme” Stalinis dan “Sosialisme” Reformis hanyalah sebuah varian Kapitalisme

Catatan: Aftonomi Infoshop hanya menerbitkan teks ini untuk orang-orang di seluruh Indonesia dan sekitarnya yang dapat mengerti bahasa Indonesia (Malaysia, Brunei, Timor Leste, dll) untuk dapat melihat apa yang terjadi, mempelajarinya, dan juga untuk dokumentasi

“Komunisme” Stalinis dan “Sosialisme” Reformis hanyalah sebuah varian Kapitalisme

Sebelum masuk ke dalam apa yang akan melibatkan sebuah revolusi ini dan menanggapi beberapa bantahan yang tipikal, harus ditekankan bahwa hal tersebut tidak ada hubungannya dengan stereotip-stereotip menjijikan yang biasanya ditimbulkan oleh kata (terorisme, balas dendam, kudeta politik, pemimpin manipulatif yang memberitakan pengorbanan diri, pengikut zombie meneriakkan slogan yang benar secara politis). Secara khusus, hal tersebut tidak boleh disamakan dengan dua kegagalan utama dalam perubahan sosial modern, “komunisme” Stalinis dan “sosialisme” Reformis.

Setelah beberapa dekade berkuasa, pertama-tama di Rusia lalu di banyak negara lain, telah sangat jelas bahwa Stalinisme adalah kebalikan total dari masyarakat yang terbebaskan. Asal-usul fenomena fantastis’ (tidak masuk akal atau aneh—Red)  ini kurang jelas. Trotskyis dan yang lainnya mencoba membedakan Stalinisme dari Bolshevisme-nya Lenin dan Trotsky terdahulu. Ada perbedaan di antara mereka dan hal tersebut lebih dari sekedar nama. Contohnya, Lenin dalam buku  The State and Revolution,  menyajikan kritik yang lebih koheren terhadap negara daripada yang dapat ditemukan dalam kebanyakan tulisan-tulisan anarkis; masalahnya adalah bahwa aspek-aspek radikal dari pemikiran Lenin hanya berakhir dengan menyamarkan praktik otoriter yang aktual dari Bolshevik. Menempatkan diri di atas massa yang diklaim untuk mewakili, dengan hierarki internal yang sesuai antara militan partai dan para pemimpin mereka, Partai Bolshevik sudah dalam perjalanan menciptakan kondisi untuk pengembangan Stalinisme, sementara Lenin dan Trotsky masih memegang kendali yang kuat. [2]

Tetapi kita harus jelas tentang apa yang gagal, apabila kita akan melakukan sesuatu yang lebih baik. Jika sosialisme berarti rakyat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan sosial yang mempengaruhi kehidupan mereka sendiri, hal tersebut tidak ada dalam rezim-rezim Stalinis di Timur maupun di Barat dengan negara-negara kesejahteraannya. Kolapsnya Stalinisme baru-baru ini bukanlah pembenaran kapitalisme atau bukti kegagalan “komunisme Marxis.” Siapapun yang pernah repot-repot membaca Marx (kebanyakan dari para pengkritiknya yang tidak jelas) tidak menyadari bahwa Leninisme adalah sebuah pendistorsian dari ide-ide Marx, dan Stalinisme adalah sebuah parodi menyeluruh atas Marx. Kepemilikan pemerintah juga tidak ada kaitannya dengan komunisme dalam rasa kepemilikan komunal yang otentik; itu hanyalah varian kapitalisme yang berbeda di mana kepemilikan negara-birokrasi menggantikan (atau menyatu dengan) kepemilikan korporasi swasta.

Oposisi “spectacle” yang panjang antara kedua varian kapitalisme ini (Leninisme dan Stalinisme—Red) menyembunyikan kekuatan timbal baliknya. Konflik-konflik serius terbatas pada pertempuran proksi di Dunia Ketiga (Vietnam, Angola, Afghanistan, dll). Tidak ada pihak yang pernah melakukan upaya yang nyata untuk menggulingkan musuh di jantungnya sendiri. (Partai Komunis Perancis menyabotase pemberontakan Mei 1969; kekuatan-kekuatan Barat, yang banyak ikut campur di negara-negara yang mana mereka tidak diinginkan, dan mereka menolak mengirim beberapa senjata antitank yang sangat dibutuhkan oleh pemberontakan tahun 1956 di Hongaria pada masa itu.) Guy Debord mencatat pada tahun 1967 bahwa kapitalisme negara Stalinis telah mengungkapkan dirinya hanya sebagai “saudara miskin” dari kapitalisme Barat klasik, dan bahwa kemundurannya mulai mencabut penguasa Barat dari oposisi palsu yang memperkuat mereka yang tampaknya mewakili satu-satunya alternatif untuk sistem mereka. “Kaum borjuasi dalam proses kehilangan musuh yang secara objektif mendukungnya dengan memberikan unifikasi ilusif dari semua penentangan terhadap tatanan yang ada” ­(The Society of the Spectacle, 110-111).

Walaupun para pemimpin Barat berpura-pura menyambut kolapsnya Stalinis baru-baru ini sebagai sebuah kemenangan natural untuk sistem mereka sendiri, tetapi tidak satupun dari mereka yang menyangkanya dan saat ini mereka sangat jelas tidak tahu apa yang harus dilakukan atas semua masalah yang ditimbulkannya kecuali untuk menjadikan sebuah uang situasi tersebut, sebelum benar-benar menjadi berantakan. Korporasi-korporasi multinasional monopolistik yang memproklamasikan “free enterprise” (Jenis ekonomi yang mana produk, harga, dan jasa ditentukan oleh pasar—Red) sebagai obat mujarab yang secara sadar bahwa kapitalisme pasar bebas sudah lama meledak dari kontradiksi-kontradiksinya sendiri, bahkan tidak akan terselamatkan, sekalipun oleh beberapa reformasi sosialis palsu New Dea.

Reformasi tersebut adalah (layanan publik, asuransi sosial, bekerja delama jam sehari, dll.) Mungkin refrmasi tersebut telah memperbaiki beberapa kecacatan yang lebih mencolok dari sistem saat ini, tetapi tidak pernah dari mereka memimpin di luar dari hal tersebut. Dalam beberapa tahun belakangan ini mereka bahkan tidak dapat bertahan dengan krisis-krisisnya yang semakin cepat. Perbaikan yang paling signifikan dalam hal apapun hanya dimenangkan oleh perjuangan rakyat yang panjang dan sering kali terpaksa, dengan berakhir di tangan para birokrat: Partai-partai kiri dan serikat buruh yang berpura-pura memimpin perjuangan-perjuangan tersebut telah berfungsi terutama sebagai katup pengaman, menggabungkan kecenderungan radikal dan mengoles roda mesin sosial.

Sebagaimana ditunjukkan oleh para Situationists, birokratisasi gerakan-gerakan radikal, yang lebih mendegradasikan orang-orang menjadi pengikut yang secara terus-menerus “dikhianati” oleh para pemimpin mereka, terkait dengan semakin meningkatnya spektakularisasi masyarakat kapitalis modern, yang telah mendegradasikan orang-orang menjadi spectactors dari dunia yang mereka miliki yang tak dapat dikendalikan—perkembangan yang menjadi semakin mencolok meskipun biasanya hanya dipahami secara superfisial.

Secara keseluruhan, semua pertimbangan ini mengarah pada kesimpulan bahwa masyarakat yang terbebaskan hanya dapat diciptakan oleh partisipasi aktif dari masyarakat secara keseluruhan, bukan oleh organisasi hierarkis yang seharusnya bertindak atas nama mereka. Poinnya adalah tidak memilih pemimpin yang lebih jujur atau “responsif”, tetapi menghindari pemberian kekuatan independen kepada pemimpin apapun. Inidividu maupun kelompok dapat memulai tindakan-tindakan radikal, tetapi substansial dan bagian populasi yang berkembang pesat harus mengambil bagian jika suatu gerakan mengarah ke masyarakat baru dan bukan hanya sekedar kudeta yang memasang penguasa baru.

Keterangan

Teks ini adalah bagian kecil dari sebuah teks panjang yang berjudul “The Joy of Revolution” yang dipublikasikan pada tahun 1997 Beureau of Public Secrets (BoP) lebih tepatnya pada Bab I: “Some Facts of Life”

Teks ini belum selesai diterjemahkan sepenuhnya,  tentu saja kami akan melanjutkannya dan akan sangat senang jika ada dari kalian yang juga ingin melanjutkannya. Beberapa teks dari Public Secrets sangat dianjurkan untuk memahami pemikiran Situationist International bagi pemula, selain Public Secrets ada juga , Days of War Nights of Love – Crimethinc, Situationist International Anthology – Ken Knabb, lalu The Society of the Spectacle – Guy Debord.

Dialihbahasakan ke dalan Bahasa Indonesia oleh Tobi Ventura Bonanno

This entry was posted in General. Bookmark the permalink. Both comments and trackbacks are currently closed.