Sejarah Singkat Situasionist International: Bagian 2

BAGIAN 2

SITUATIONIST INTERNATIONAL

(1957 — 1972)

* * *

HARI-HARI AVANT-GARDE
(1957—1962)

Selama tahun pertama eksistensi mereka, para situasionis menghasilkan beberapa terbitan dan memecat beberapa anggotanya. Di bawah ini akan dibeberkan perjalanan awal yang sangat menentukan tersebut dalam poin-poin pentingnya:

  • Olmo, Verrone dan Simondo dipecat atas pembuatan tulisan tentang Musik Eksperimental, yang oleh Debord dianggap sebagai, “pemikiran Sayap Kanan.
  • Rumney dipecat tak lama kemudian karena gagal menyelesaikan laporan psikogeografis tepat pada waktunya. Ironisnya, ia mengirimkan essainya tepat dua hari sebelum mendapat kabar tentang pemecatannya dari Paris.
  • Chapter Jerman yang hanya beranggotakan satu orang dibentuk. Ia adalah Hans Platscheck, yang dipecat setahun kemudian.
  • Bulan April 1958, International Assembly of Art Critics diselenggarakan di Brussels. Sebuah publikasi berjudul Proklamasi Situasionis yang menyerang penyelenggaraan tersebut dan menegaskan posisi mereka, diproduksi dan didistribusikan selama penyelenggaraan. Ini adalah aksi SI yang pertama kali, yang dianggap sebagai sebuah “serangan langsung yang penting” dalam nomor perdana Internationale Situationiste (Juni 1958), majalah grup SI.
  • Ironisnya, dalam waktu yang kurang lebih sama dan bahkan juga di kota yang sama, lukisan-lukisan Jorn dipamerkan sebagai bagian dari 50 dans l’Art moderne, sebuah eksibisi seniman-seniman baru yang mulai menanjak. Eksibisi ini menjadi awal dari sukses komersial besar bagi Jorn. Semenjak dari momen tersebut, Jorn menjadi penyandang dana bagi seluruh gerakan, termasuk bagi para individu yang terlibat di dalamnya, melalui hasil penjualan seluruh lukisan-lukisannya baik secara langsung maupun tak langsung.
  • Gallizio memamerkan karyanya yang berjudul Industrial Painting di galeri Notizie, Torino, pada bulan Mei 1958 yang diikuti oleh eksibisi keduanya di galeri Montenapoleone di Milan dan eksibisi perdananya di jalanan kota Paris. Menghadapi sukses komersial Gallizio yang dapat mencoreng muka para situasionis, mereka berusaha mendeskripsikan hal tersebut sebagai sebuah upaya defensif dari dunia seni komersial atas serangan SI. Respon SI tersebut justru melipat gandakan harga lukisan-lukisan tersebut di pasaran seni komersial empat kali lebih besar dari harga awal.
  • Chapter Italia melancarkan sebuah kampanye bagi pembebasan pelukis Nunzio Van Guglielmi dari rumah sakit jiwa. Guglielmi ditangkap karena menyerang eksibisi lukisan Rafael The Wedding of the Virgin. Jorn memuji Guglielmi karena telah menyerang “ideal-ideal artistik lampau yang palsu”.
  • Grup Jerman, Spur (berarti Jejak) yang ditemui oleh Jorn di tahun 1958, bergabung dengan SI dan diresmikan menjadi chapter Jerman. Bersama seorang seniman eks-COBRA, Constant, grup tersebut mengembangkan konsep permainan dan kenikmatan, yang menjadi titik pusat dari program-program SI.
  • Di bawah Constant dan partisipasi mayoritas chapter Belanda, Bureau of Unitary Urbanism (Biro Urbanisme Unitarian) dibentuk, yang beranggotakan sekelompok seniman, arsitek dan sosiologis. Grup ini melakukan penelitian tentang pengkonstruksian atmosfir unitarian.
  • Bulan April 1959, film berjudul Sur le Passage des Quelques Personnes a Travers Une Assez Corte Unite de Temps karya Debord dirilis.
  • Di bulan yang sama, Konferensi SI ke-3 bertempat di Munich (kota yang juga menjadi lokasi Konferensi ke-1, sementara Konferensi ke-2 bertempat di Paris tak lama setelah Konferensi ke-1 diselenggarakan)
  • Beberapa perbedaan mulai menajam antara Debord dan Constant atas proyek Urbanisme Unitarian (UU). Debord bersikeras bahwa UU hanya sekedar instrumen dan jalan masuk pada kreatifitas revolusioner yang terpisah dari kultur yang eksis saat itu. Sementara Constant juga tetap bersikeras bahwa peran utama UU adalah sebuah cara alternatif untuk membebaskan kreasi dan dapat dilihat sebagai prakondisi sebuah revolusi sosial. Masalah tersebut tidak terselesaikan, sehingga setahun kemudian Constant mengundurkan diri bersama pindahnya markas Biro dari Belanda ke Brussels di bawah koordinasi dari Kotànyi.
  • Bulan Mei 1959 Gallizio melakukan eksibisi di galeri Réné Druouin di Paris atas karyanya berupa gulungan lukisan Industrial Painting yang merupakan bagian dari proyek penciptaan lingkungan unitarian. Di bulan yang sama Jorn memamerkan lukisan-lukisan Detourned di galeri Rive Gauche di Paris, sementara Constant memamerkan model-model pembangunan UU di museum Stedelijik, Amsterdam.
  • Tahun 1960, pasca 3 eksibisi lukisan, Gallizio dan Melanotte dipecat karena dituduh telah, “berkolaborasi dengan kekuatan-kekuatan yang secara ideologis tak dapat diterima.” Sayangnya, SI baru memahami tujuan-tujuan personal sang seniman saat Gallizio menemui kematiannya secara mendadak pada tahun 1964.
  • Bulan September 1960, Konferensi SI ke-4 diselenggarakan di London. Satu dari pusat perdebatan adalah penentuan hingga di tingkat mana SI menjadi sebuah gerakan politis dan kekuatan-kekuatan mana saja yang dapat dihitung untuk berkolaborasi. Chapter Jerman mengajukan keraguan mereka atas potensi revolusioner kelas pekerja yang terlalu terikat dengan komoditi. Tetapi bagaimanapun, setelah sebuah respon diajukan oleh Debord, yang menggarisbawahi tentang bagaimana di negara-negara kapitalisme-lanjut pemogokan-pemogokan liar telah semakin intens, maka grup Jerman tersebut tak merespon lebih lanjut. Konferensi tersebut juga memutuskan tentang introduksi sebuah model organisasi baru, yang mana sampai pada kesimpulan bahwa SI telah menjadi sebuah federasi dari chapter-chapter nasional. Walaupun konferensi tersebut masih menyimpan kompetensi organik bagi perdebatan teoritis lebih lanjut, sebuah Komite Pusat dibentuk. Segera sebuah manifesto diadopsi, yang menegaskan perpindahan program dasar SI dari UU menuju pembebasan permainan. Aktivitas-aktivitas pembebasan yang penuh permainan dianggap dapat mentransformasikan pendivisian lama antara waktu kerja dan waktu luang. Pertanyaan tentang bermain tersebut adalah pertanyaan tentang pengorganisiran waktu luang, yang di bawah masyarakat kapitalisme-lanjut oleh para situasionis dianggap sebagai bagian dari waktu kerja. Pembebasan waktu luang menjadi dasar bagi penciptaan revolusi harian.
  • Martos melihat bulan-bulan tersebut sebagai sebuah titik perputaran SI. Ia melihat kisah keseluruhannya sebagai sebuah pendewasaan progresif dari sekedar kritisme atas seni, menjadi sebuah kritisme atas kehidupan harian yang selanjutnya akan meningkat menjadi kritisme atas masyarakat secara keseluruhan yang akan membawa konsekuensi-konsekuensinya sendiri. Ia lupa untuk mengungkapkan bahwa proses ini banyak diprakarsai oleh chapter Perancis yang telah berusaha untuk mengomandoi keseluruhan grup SI.
  • Chapter Perancis mencoba mengelaborasikan pemikiran-pemikiran politis di bawah pengaruh Henry Levebvre yang berjudul Critique of Everyday Life. Debord dan Vaneigem menghadiri kelas-kelas sosiologi Levebvre di universitas Nanterre selama tahun-tahun akademik 1957—1958, yang berujung pada perkawanan dengan sang filsuf, yang selanjutnya juga berujung pada tuduhan “tendensi komersial” oleh SI atas Levebvre beberapa tahun ke depan.
  • Debord juga mulai berkolaborasi dengan grup post-Trostskist, Socialisme ou Barbarie, yang dibentuk tahun 1949. Ia bahkan juga menjadi anggotanya untuk sementara waktu. Debord mengambil beberapa teori dari grup tersebut ke dalam SI, seperti redefinisi proletariat yang mengidentifikasikan keseluruhan proletarian sebagai siapapun yang tak memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri. Grup tersebut juga mendefinisikan Uni Soviet sebagai sebuah kapitalisme negara, yang mana masyarakat dipisahkan oleh kelas birokrasi yang berkuasa dengan kelas proletarian yang teralienasi.
  • Radikalisasi progresif dari chapter Perancis semakin mempertajam perbedaan antar grup-grup yang bernaung di bawah SI. Situasi semakin memburuk dengan pengunduran diri Jorn pada bulan April 1961, yang mana grup di bawah Jorn semakin meraup sukses komersial dalam dunia seni, yang dianggap sebagai sesuatu ya memalukan bagi keseluruhan SI.Pada pembukaan Konferensi SI ke-5 di Goteborg, Swedia, 28—30 Agustus 1961, Raoul Vaneigem (yang bergabung dengan SI di awal tahun tersebut) berkata bahwa,

“Tak ada kerja-kerja seni situasionis atau juga situasionisme, sebagaimana prospektif tersebut tak berarti apapun, atau juga berhubungan langsung dengan praktik revolusioner, dengan kehendak untuk mengubah arti hidup. […] posisi kita adalah sebagai musuh di antara dua dunia—satu yang tidak kami ketahui, satu lagi yang belum eksis.”

  • Posisi grup Jerman, Spur, (yang didukung oleh kebanyakan para Skandinavian) pada soalan revolusi dan seni, jelas berbeda dengan grup Vaneigem, yang mana perbedaan itu semakin menajam semenjak Konferensi ke-4. Spur tetap tidak yakin bahwa para pekerja cukup mampu untuk dianggap memiliki potensi revolusioner. Hadir juga perbedaan pendapat tentang perealisasian dan penekanan atas seni yang dicanangkan oleh Debord. Konferensi mengadopsi sebuah resolusi dari Kotànyi yang menyerukan agar seluruh kreasi artistik yang dihasilkan oleh para anggota SI sebagai sebuah anti-situasionis—seruan yang tak menyelesaikan kontroversi yang timbul hingga berakhirnya konferensi.
  • Bulan Februari 1962, 6 bulan pasca Konferensi ke-5, seluruh grup Spur dipecat oleh Komite Pusat.
  • Bulan Maret 1962, chapter-chapter Skandinavia memisahkan diri dari SI dan mencanangkan pembentukan SI ke-2. Mereka berkumpul di sekitar Nash (adik termuda Jorn) dan di rumah peternakan di Swedia selatan yang dinamai Drakabygget (Situationist Bauhaus), yang selanjutnya menjadi markas seluruh aktivitas grup SI ke-2.

 

DARI PERPISAHAN HINGGA KEBANGKITAN

(1962—1968)

Konferensi SI ke-6 diselenggarakan di Anvers pada tanggal 12—16 November 1962. Konferensi tersebut berusaha meredefinisikan dan mereorganisasikan mereka yang tersisa pasca perpisahan. Konferensi dimulai dengan secara resmi ‘memecat’ para Nashis (terminologi yang ironis mengingat bahwa grup-grup Skandinavia di bawah Nash tidak dipecat, melainkan memisahkan diri dan membentuk SI ke-2). Konferensi juga berusaha mendefinisikan secara tepat relasi yang terjadi dengan organisasi-organisasi eksternal yang selama ini berkolaborasi dengan mereka. Lebih jauhnya lagi, konferensi memutuskan untuk menghapus seluruh struktur grup-grup nasional dan memutuskan bahwa jurnal Internationale Situationiste yang dipublikasikan oleh grup Perancis menjadi publikasi utama SI. Konferensi juga memproklamirkan bahwa teori-teori mereka adalah teori praktik terbaik untuk dapat meninggalkan abad ke-20 serta menghargai diri mereka sendiri karena tak pernah tersedot sukses komersial yang didapat oleh beberapa anggota sebelumnya.

Sementara itu, Jorn tetap mendukung baik SI dan SI ke-2. Kedua grup SI tersebut memang bergantung pada Jorn dalam segi finansial dan keduanya cukup bijak untuk tidak mengungkit-ungkit seputar hal tersebut. Patut dicatat, bahwa Jorn adalah satu-satunya mantan situasionis yang tidak diserang sekali pun atau dipecat oleh Debord.

Grup Spur dengan segera bergabung dengan SI ke-2, menggelar berbagai eksibisi dan aksi, termasuk pemenggalan kepala patung putri duyung yang menjadi simbol nasional di teluk Kopenhagen. Grup SI ke-2 ini juga mempublikasikan majalah berjudul ‘Drakabygget’ dan ‘Situationist Times’, tetapi aktivitas mereka sedikit demi sedikit menghilang dalam tahun yang sama.

Tanpa kontribusi dari sisi artistik, grup SI (ke-1) tampak mulai menghentikan segala bentuk eksperimentasi dan penelitian praksis, serta mulai berkonsentrasi pada berbagai aspek langsung kehidupan, pada garis politis yang semakin tegas. SI dengan segera mulai berusaha untuk mengkonstruksi teori revolusioner modern serta semakin serius menggarap, mendistribusikan jurnal dan berbagai terbitan lainnya.

Konferensi SI ke-7 diselenggarakan di Paris pada bulan Juli 1966, nyaris 4 tahun pasca penyelenggaraan konferensi sebelumnya (penanda signifikan atas perpindahan kekuasaan dari konferensi ke dalam Komite Pusat). Poin-poin perdebatan berkisar di seputaran struktur organisasi revolusioner, pengembangan relasi antara SI dan kekuatan-kekuatan revolusioner kontemporer, revolusi yang terjadi di berbagai negara dunia ketiga, sistem ekonomi yang berkembang dan semacamnya.

SI juga mengorkestrasikan beberapa skandal. Martin memang cakap dalam hal seperti ini sehingga ia mendapat masalah dengan hukum di Denmark atas penerbitan dan pendistribusian beberapa komik erotis yang politis. Beberapa aksi skandal tersebut jelas menuai sejumlah ‘penggemar’ di seputaran SI. Tahun 1966, sebuah grup yang berhasil menginfiltrasi badan organisasi mahasiswa resmi serta terpilih sebagai ketua dewan pengurus di Serikat Mahasiswa universitas Strasbourg, mengubungi SI. Grup ini meminta bantuan SI untuk “melakukan sesuatu”. SI menyarankan agar mereka menulis sebuah kritik atas universitas pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Maka tak lama kemudian terbit pamflet  On the Poverty of Student Life–Considered in its Economic, Political, Psychological, Sexual, and Particularly Intellectual Aspects, and a Modest Proposal for Its Remedy yang disusun berdasarkan draft yang ditulis oleh seorang anggota SI, Mustafa Khayati. Pamflet tersebut berangkat dari kritik atas kehidupan harian mahasiswa dan bergerak menuju kritik atas masyarakat secara keseluruhan. Dicetak dengan menggunakan seluruh dana milik Serikat Mahasiswa, 10.000 eksemplar pamflet tersebut didistribusikan saat inisiasi mahasiswa baru sedang diselenggarakan di kampus. Skandal yang muncul jelas meroketkan nama SI, sementara para mahasiswa yang dianggap sebagai salah satu dalang skandal tersebut diajukan oleh birokrasi kampus ke pengadilan. Kritik yang dilontarkan dalam pamflet tersebutlah yang juga dapat dianggap hadir di saat yang tepat, yang memungkinkan SI untuk menjadi popular di kalangan mahasiswa selama even kebangkitan yang terjadi kemudian di bulan Mei 1968.

Tahun 1967, 4 orang anggota Alsatian dalam SI dipecat karena kedapatan merencanakan plot rahasia yang akan mengkontraskan kepemimpinan Debord dan kelompok Paris-nya. 4 orang yang dipecat tersebut lantas bergabung dengan para mahasiswa dari kasus skandal Strasbourg, yang kecewa karena SI tidak menyertakan mereka sama sekali dalam publikasi mereka pasca skandal.

Di tahun yang sama, buku karya Debord berjudul La Société du Spectacle dipublikasikan bersamaan dengan karya Vaneigem yang berjudul Traité de Savoir Vivre á l’Usage des Jeunes Générations. Kedua karya tersebut merupakan karya final dalam mengelaborasi konsep-konsep tentang spectacle, yang sesungguhnya telah dimulai semenjak nyaris 10 tahun ke belakang dan dibawa serta sepanjang keberadaan SI. Buku karya Debord tersebut penuh dengan kutipan-kutipan yang disubvert dari karya-karya penulis lain, terutama Hegel. Alur tulisannya tampak sangat berubah-ubah dan tak jelas, khususnya apabila dibaca terpisah dari proses pembacaan teks-teks situasionis secara keseluruhan. Tetapi walaupun demikian, apabila karya tersebut ditempatkan sebagai sebuah konteks dalam keseluruhan pengalaman perjalanan SI dan perkembangan teori mereka, maka karya itu adalah sebuah karya yang sangat jelas dan menjadi sebuah analisa yang sangat valid atas kehidupan harian masyarakat kapitalisme-lanjut. Garis besarnya, dalam buku tersebut kapitalisme dilihat telah berhasil mentransformasikan fase produksi dan dominasinya atas kelas yang tereksploitasinya melalui kekerasan dan kelaparan kepada fase yang lebih mapan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan dominasi kapitalisme-lanjut di negara-negara di mana dominasi dilakukan melalui komodifikasi dan alienasi yang dikembangkan berdasarkan waktu kerja dan waktu luang. Dengan demikian, masyarakat secara keseluruhan telah bergerak dari sebuah fase produksi ke dalam fase spektakular, yang mana nyaris seluruh ‘kehidupan nyata’ kini teralienasikan ke dalam bentuk-bentuk spektakular:

“Segala sesuatu yang sebelumnya secara langsung dihidupi, kini telah bergerak menjadi sebuah representasi”

Spectacle, ditegaskan juga, harus dibedakan dari pembawa bibit-bibitnya: media massa. Bagi Debord, seluruh kehidupan modern kita kini telah didominasi oleh spectacle.

“Spectacle bukanlah sekumpulan citra, melainkan sebuah relasi sosial antar manusia yang dimediasikan melalui citra-citra.”

Konsep tersebut dalam berbagai sisi juga merupakan hasil elaborasinya dengan karya-karya awal Karl Marx tentang alienasi pekerja, yang disusun ulang sesuai dengan bentuk baru kapitalisme yang mendasarkan dirinya pada bidang konsumsi, tidak lagi sekedar bidang produksi. Saat teknologi modern telah mengakhiri perjuangan alamiah melawan kekuatan alam, alienasi sosial dalam bentuk sebuah hirarki antara majikan dan budak, terus berlanjut. Mayoritas manusia tetap diperlakukan sebagai obyek pasif oleh minoritas yang berkuasa. Setelah sebelumnya kapitalisme mendegradasikan ‘menjadi’ ke dalam ‘memiliki’, masyarakat spectacle berhasil mendegradasikan lebih jauh dari ‘memiliki’ ke dalam ‘tampilan’. Hasilnya adalah sebuah perbedaan kontras antara kemiskinan spiritual dan psikologis dengan kemiskinan ekonomis.

Siapa yang menginginkan sebuah dunia yang menjamin bahwa kita tak akan mati karena kelaparan, justru berbuntut pada resiko mati karena bosan.

DARI KEBANGKITAN HINGGA PEMBUBARAN
(1968—1972)

Even kebangkitan Mei 1968 adalah sebuah titik kedua terpenting dalam perjalanan sejarah SI. Karena saat mereka melihat bahwa teori-teori mereka terbukti benar, mereka juga justru mengalami kekagetan saat menyadari bahwa organisasi mereka tidak siap menghadapi hal tersebut.

Ledakan ekonomi pasca-perang telah meroketkan ekonomi Perancis di akhir dekade 1960-an, beriringan dengan meledaknya juga angka pengangguran dan kemiskinan yang semakin gencar. Berbagai ketidakpuasan tersebut telah tampak pada beberapa pemogokan besar di tahun 1967. Para mahasiswa di kampus-kampus juga gencar melancarkan protes atas fasilitas yang tak memadai. ‘Masalah’ yang dimulai oleh hal-hal remeh di Universitas Nanterre di luar kota Paris dengan segera bergerak menginvasi Universitas Sorbonne yang terkemuka, yang juga dengan segera menjalar ke kampus-kampus lain. Para mahasiswa mulai melakukan pemogokan dan pendudukan kampus, bertempur di jalanan melawan polisi dan menyerukan agar para pekerja bergabung dalam pemberontakan. Berbagai barikade mulai didirikan dan—mengesampingkan pendapat para elit serikat pekerja resmi, ribuan pekerja bergabung dalam aksi-aksi pemogokan di pabrik-pabrik—secara harfiah berhasil mengguncang negeri tersebut beberapa minggu. Pemberontakan mencapai puncaknya saat perdana menteri Perancis, Charles de Gaulle meninggalkan Paris, untuk kembali keesokan harinya bersama kekuatan militer yang bersiap menyapu bersih pemberontakan. Sebuah pemilihan umum diadakan beberapa minggu setelahnya, yang memperlihatkan dukungan besar bagi de Gaulle dari kalangan reformis yang menuntut agar pemberontakan pekerja-mahasiswa segera disapu bersih.

Para anggota SI yang bergabung dengan para revolusioner menjadi bagian dari Komite Pendudukan Sorbonne di mana mereka menyerukan agar sesegera mungkin dibentuk Dewan-Dewan Pekerja. Peran langsung SI di tengah pemberontakan memang masih terbuka untuk diperdebatkan, tetapi pengaruh mereka jelas terlihat dan jelas juga mereka bisa dianggap bertanggung jawab atas maraknya grafiti di seluruh Paris yang berisi slogan-slogan yang diambil dari pemikiran-pemikiran mereka.

Pasca-pemberontakan Mei 1968, popularitas SI semakin menanjak daripada sebelumnya. Ratusan orang menyebut diri mereka sebagai situasionis. Orang-orang tersebut, yang kemudian disebut sebagai ‘pro-situ’ seringkali memiliki pemahaman yang samar tentang SI tetapi sangat gencar dalam mengajukan diri untuk menjadi anggota SI. Debord meninggalkan posisinya sebagai editor jurnal Internationale Situationiste. Dalam Konferensi ke-8 di Venice tahun 1969, antusiasme para pro-situ semakin meningkat.

Setengah dari para partisipan yang berjumlah sepertiga dari jumlah anggota yang pernah ada, jelas menegaskan kesamaran yang ditegaskan oleh pembicara sebelumnya […] yang mana tiap kamerad hanya berusaha untuk mendemonstrasikan dirinya sebagai seorang situasionis, sebagaimana yang lainnya juga.

Konferensi menghasilkan aturan-aturan dasar lain, yang mana SI dideskripsikan sebagai

“…sebuah asosiasi internasional atas individu-individu yang setara dalam segala aspek manajemen demokratisnya […] yang mana keputusan-keputusan mayoritas diambil oleh semua, maka minoritas harus mundur apabila dianggap bahwa oposisi terhadapnya berkaitan dengan masalah fundamental.”

Pasca-Konferensi ke-5, debat panjang muncul di tengah SI. Tujuannya adalah untuk meredefinisikan arah pasca-Mei 1968, yang mana menurut para situasionis tersebut teori-teori mereka telah terbukti benar, tetapi metoda mereka sama sekali tidak siap untuk hadirnya even semacam itu. Selama proses ini juga terjadi beberapa pemecatan dan pengunduran diri, sehingga penerbitan jurnal kembali terhambat. Tetapi bagaimanapun, SI mulai tampak semakin dalam terpuruk.

Tanggal 11 November 1970, Debord dan sisanya mengumumkan kehendak mereka untuk “mengakhiri SI”. Vaneigem mengundurkan diri 3 hari kemudian setelah menyatakan bahwa 10 tahun terakhir eksistensi SI sebagai sebuah error fatal.

Tahun 1972 sebuah serangan pahit terhadap Vaneigem berjudul A Propos de Vaneigem yang merupakan jawaban atas pernyataan Vaneigem dipublikasikan dalam La veritable scission dans l’Internationale yang ditulis oleh Debord dan Sanguinetti. Buku tersebut adalah publikasi terakhir SI. Buku tersebut juga menyertakan sebuah pandangan optimis akan hadirnya sebuah era baru.

Sebuah (era baru) yang sadar secara revolusioner, yang mana bahasa kekuasaan menjadi jelas-jelas reformistis.

Buku tersebut juga menyertakan sebuah serangan yang membinasakan para pro-situ, yang mana situasionis sejak awal telah menyerang ide apapun yang akan menjadikan teori-teori SI sebagai dogma, -isme lain, dan anggapan bahwa situasionis dapat disebut sebagai ‘gerakan’.

“Hal ini jelas sebuah demonstrasi yang tidak menyenangkan […] menuduh SI mencanangkan sebuah organisasi yang mendominasi saat kami telah melangkah jauh agar membuat perekrutan anggota SI menjadi sesuatu yang tak mungkin dilakukan […] kami tak akan pernah mempertukarkan ‘prestise intelektual’ kami dengan lingkar-lingkar apapun dari intelektual dan borjuis […] atau dengan beradu pengaruh bersama para sekte Kiri demi kontrol dan dukungan publik mahasiswa yang menyedihkan. […] dalam kenyataannya hal tersebut karena kami mengejutkan orang-orang tertentu dengan cara menolak membangun kontak dengan mereka, atau bahkan menolak permintaan mereka untuk bergabung dengan SI, yang mana kami dituduh sebagai ‘elit’ dan memiliki aspirasi untuk mendominasi mereka yang bahkan kami pun tak ingin tahu!”

Buku tersebut secara tegas juga menyatakan bahwa tak ada lagi perlunya Internasional karena semenjak hari itu, “situasionis telah berada di mana-mana dan tujuan-tujuan mereka juga telah ada di mana-mana.”

 

Selanjutnya

This entry was posted in General. Bookmark the permalink. Both comments and trackbacks are currently closed.