Catatan: Aftonomi Infoshop hanya menerbitkan teks ini untuk orang-orang di seluruh Indonesia dan sekitarnya yang dapat mengerti bahasa Indonesia (Malaysia, Brunei, Timor Leste, dll) untuk dapat melihat apa yang terjadi, mempelajarinya, dan juga untuk dokumentasi.
INTRODUKSI
“Sesuai dengan apa yang engkau cari, pilih sebuah negara, kota yang kurang lebih banyak populasinya, jalan yang kurang lebih ramai. Bangun sebuah rumah. Beri perabotan. Gunakan berbagai dekorasi dan menghias sekelilingnya sebagus mungkin. Pilih musim, hari dan waktunya. Kumpulkan bersama orang-orang yang paling cocok, dengan musik dan minuman yang juga tepat. Pencahayaan dan obrolan juga harus tepat dengan suasananya, sebagaimana musim atau memorimu.”
Saat pertama kali membaca kutipan di atas, mungkin sangat tidak mengesankan, apalagi saat berbicara mengenai sejarah sebuah organisasi yang revolusioner—yang biasanya dipenuhi oleh kutipan-kutipan pernyataan dari organisasi tersebut yang sangat berapi-api dan membakar. Tetapi hal sederhana tersebut akan berbeda apabila kalian para pembaca sebelumnya telah memahami soal ide-ide yang dikembangkan oleh Situationist International, yang mungkin ide sederhana yang tak lain adalah terjemahan dari artikel Permainan Psykogeografi Minggu Ini di atas akan menjadi sangat menarik. Para pemain didorong untuk ‘membangun’ sebuah situasi, yang jelas sangat simpel, bukan sebuah event politis yang tampak sangat radikal, melainkan sebuah momen dari kehidupan nyata, sebuah momen yang lebih tinggi dalam kehidupan nyata. Hasratlah yang dijadikan racikan paling mendasar bagi terciptanya sebuah revolusi. Sebuah dorongan untuk hidup secara langsung, sebagai lawan dari bentuk hidup yang teralienasi yang disodorkan oleh masyarakat kapitalis dewasa ini.
Psikogeografi, sebuah kritik politis atas masyarakat melewati pemetaan mental (melalui kritik atas arsitektur), adalah alasan-alasan dasar yang paling menarik dari hasil-hasil kerja para Situationist. Hal ini jugalah yang tak akan pernah ditemui sebelumnya dari karya-karya revolusioner sebelumnya, yang biasanya hanya melihat ketertindasan ekonomi sebagai faktor utama yang perlu diperhatikan dalam ‘mengorganisir’ sebuah momen insureksional.
Tetapi toh berbicara mengenai Situationist International (SI) jelas berbicara mengenai organisasi revolusioner, tentang politik, tentang Debord, tentang Situationist International Kedua, tentang seluruh aktifitas harian para anggotanya. Hal tersebut dapat diterangkan melalui fakta bahwa seluruh anggotanya aktif secara politis, tetapi biografi-biografi yang ditulis oleh para sejarawan tak pernah menggambarkan mereka dengan baik.
Sepintas tulisan-tulisan SI memang memusingkan dan kabur apabila dibaca tanpa beberapa pemahaman dasar tentang konteks yang ingin mereka kembangkan. Dengan demikian, sebelum sejarah mengenai mereka mulai dibaca di halaman-halaman berikutnya, kami lampirkan juga terlebih dahulu sebuah catatan singkat.
Catatan
Seluruh teks dari Situationist International dan teks-teks yang berhubungan dengannya bebas dari hak cipta. Tak ada terjemahan teks-teks mereka dalam bahasa Indonesia, jadi apabila para pembaca ada yang lantas tertarik untuk mempelajarinya lebih mendalam, di akhir artikel ini akan kami bubuhkan beberapa buku yang paling signifikan untuk dipelajari lebih lanjut.